Kamis, 14 Juli 2011

Ketika Pesawat Kami Mendarat

Setelah melayang-layang di udara selama kurang lebih 45 menit akhirnya pesawat yang kami tumpangi mendarat juga di bandara kecil Kabupaten Paniai, sebuah pedalaman di Papua.

Dari Timika memang pesawat terbang rendah, jadi kami bisa menikmati pemandangan dibawah sana yang nun hijau, bagai hutan yang belum terjamah. Selain itu pesawat yang kami tumpangi pun hanya berisi 10 orang, kami penumpang sembilan dan satunya pilot. Tidak ada co-pilot dipesawat ini. Dan kamipun bisa berbincang dangan pilot selama dalam pesawat.

Jadi ini adalah penerbangan yang paling indah yang pernah aku lakukan, tapi juga penerbangan yang paling mengerikan karena kami terbang sangat rendah, sehingga ketika bertemu dengan awan akan sangat terasa sekali.

Ada rasa deg-degan, khawatir ketika pesawat mulai di terbangkan. Tapi ketika pesawat sudah ada di udara dan kami bisa menikmati pemandangan di bawahnya yang teryata indah membuat hati ini lega. Walau sempat kepikiran, kalau sampai pesawat ini jatuh di dalam hutan rimba raya yang masih asri ini apakah mungkin akan di temukan??? Ah tapi itu hanya ketakutan saja dan tidak berharap menjadi kenyataan.

Dan akhirnya ketika pesawat siap-siap untuk mendarat ada perasaan lega juga.


Goncangan sangat terasa ketika pesawat kecil itu kembali menginjakan kakinya di daratan. Dari kejahuan kami melihat sekerumuman orang-orang yang ada didalam lapangan ketika pesawat hampir mendarat. Malah masih banyak anak-anak yang bermain di landasan, sambil terus belari-lari.

 Dan benar saja, ketika pesawat akhirnya benar-benar mendarat dan kami siap untuk turun, pesawat tersebut di kerumuni oleh banyak orang. Tak terpikirkan apa yang sedang mereka lakukan. Awalnya sih terpikir kalau mereka adalah calon penumpang selanjutnya. Tapi ketika melihat banyaknya orang, jadi semakin bingung ada apa gerangkan? Apakah mereka ingin menjemput keluarga yang juga baru datang dari Timika atau apa??? Tapi kalau demikian juga tidak mungkin karena dalam penerbangan tersebut kami hanya bersepuluh.


Setelah bertanya dengan kawan yang menemani perjalanan ini, akhirnya kami mendapatkan jawaban kalau teryata memang begitulah budaya disini. Ketika ada pesawat mendarat, itulah hiburan mereka.


Dan kamipun juga menyempatkan diri untuk berposes di depan pesawat.

Sejenak aku amati bandara nan kecil yang indah tapi penuh dengan orang. Memang tidak seperti bandara-bandara lainnya, apalagi bandara soekarno hatta, sangat jauh sekali. Bandaranya sangat sederhana sekali dan kecil, dikelilingi bukit dan birunya langit langsung menarik perhatianku. Tak puas-puasnya aku memandang sekeliling yang juga masih terheran-heran dengan banyaknya orang yang mengelilingi pesawat yang baru kami tumpangi tadi. Ada sedikit rasa takut ketika harus menyeruak di dalam kerumunan tersebut.














Dan kamipun bergegas meninggalkan bandara tersebut untuk menuju penginapan dan siap untuk berpetualang dipedalaman Papua, Kabupaten Paniai tepatnya daerah dengan 3 danau dan banyak bukit. Dan tentu saja danau terindah sedua...danau Paniai.

4 komentar:

  1. Anda kerjanya apa sih? Kok jalan-jalan terus.... wartawan?

    BalasHapus
  2. saya bukan wartawan kok...saya hanya pekerja biasa saja, tapi senangnya sering ada kesempatan untuk jalan-jalan, tapi tulisan-tulisanmu juga seru kok........

    BalasHapus
  3. iya nih penasaran sekali, apa sih pekerjaannya? jalan-jalannya ke tempat yang eksotik selalu. bikin iri.

    BalasHapus
  4. ah mas heru...jangan sok pura2 gak tahu deh....dengan melihat tumpukan dokumen yg berserakan di kamar kan tahu hahha

    BalasHapus