Jumat, 24 Oktober 2014

Aku Merindumu

Pada malam yang dingin ini ingin kusampaikan rasa rinduku padamu. Berharap hembusan angin menyampaikan rasa ini padamu. Pada dirimu yang senantiasa menemaniku mengisi setiap hari-hariku.

Pada malam yang dingin ini ingin kutumpahkan segala rasa tentangmu, tentang kita. Tanpamu disisiku, hidup ini terasa hampa. Tiada teman diskusi ataupun teman berbagi. Semua harus sendiri, seperti sedia kala.

Pada malam yang dingin ini, ingin kusampaikan segala harapanku, harapan untuk terus bersama. Harapan untuk dapat melalui hari-hari ini, hari tanpa dirimu di sampingku.

Jumat, 17 Oktober 2014

Kerja Bakti

Jam dinding sudah menunjukan ke angka 10, aku pun bergegas ke kamar mandi, sebelumnya tak lupa aku mematikan dan merapikan laptopku yang sudak kunyalakan dari pagi tadi. Hari ini aku berjanji untuk datang ke Beji, menemani ibu-ibu anggota kelompok mengisi polybag.

Air segar segera menyiram seluruh tubuhku. Rasa segar menjalar sampai ujung kaki. Air bak ini terasa dingin sekali rasanya. Ingin rasanya berlama-lama bermain dengan kesegaran air ini, tapi aku sadar tak punya waktu lama karena aku sudah berjanji akan datang jam 10, sementara sekarang sudah jam 10 lewat.

Aku segera menganti pakaianku, menyisir rapi rambutku dan sedikit mengoleskan handbody pada kedua lenganku. Tak lupa aku semprotkan sedikit minyak wangi agar sedikit wangi. Akupun segera mengeluarkan motorku dan kepacu menuju Beji.

Sesampai di rumah Ibu Dukuh Beji, ibu-ibu sudah berkumpul. Mereka sedang menikmati es dan aneka makanan yang mereka bawa sendiri-sendiri. Rupanya mereka telah mulai kerja bakti dari beberapa waktu lalu, terlihat dari tumpukan tanah yang sudah siap untuk dimasukan kedalam polybag.

Aku pun segera bergabung dengan mereka. Mencoba masuk dalam obrolan demi obrolan yang mereka keluarkan. Aku sangat menikmati suasana itu, menikmati sebuah momen kebersamaan sesama warga dusun. Aku coba hitung berapa yang sudah hadir dan ternyata belum lengkap. Maklum warga dusun ini punya banya kesibukan, maka seringkali ketika ada kerja bakti seperti ini tidak semua bisa hadir.

Setelah rasa lelah sedikit menghilang mereka pun kembali menuju tumpukan tanah yang tadi sudah dikumpulkan. Pertama-tama mereka menuang bubuk kapur, hal itu dilakukan agar bisa membunuh kuman-kuman dalam tanah. Tahap selanjutnya mereka menuang dua karung pupuk kandang dan terus diaduk dicampur dengan tanah. Setelah semua tercampur, tanahpun siap masuk kedalam polybag.

Aku turut larut dalam suasanya itu. Aneka obrolan terus dilontarkan sambil memasukan tanah ke dalam polybag. Bahkan mereka sempat membahas tentang bra, dimana orang-orang barat lebih sering tidak pakai bra, sementara mereka mengatakan risih kalau tidak pakai bra.

Aneka obrolan terus saja dilontarkan hingga tumpukan tanah itu telah berpindah kedalam polybag. Kami segera merapikan polybag yang sudah diisi tanah dan segera mencuci tangan dengan sabun.

Kami melanjutkan menikmati aneka makanan kecil sambil terus ngobrol. Tak lama bu dukuh mengeluarkan nasi dan urapan. Hari ini ia membuat among-among lagi untuk memperingati hari lahir dirinya dan anaknya. Alangkah beruntungnya diriku, pikirku. Kami pun segera bersantap siang bersama. Tak perlu waktu yang lama, makanan segera kosong dan berpindah ke dalam perut masing-masing.

Karena waktu sudah semakin siang dan tidak ada agenda lain lagi aku pun bergegas untuk pamit. Ingin segera mengeletakan badan akibat semalaman tidak bisa tidur. Demikian juga dengan ibu-ibu lainnya, mereka juga bergegas pulang untuk melanjutkan aktifitas lainnya di rumah masing-masing dengan harapan ketemu lagi di kerja bakti selanjutnya

***

Memelihara Semangat

Aku segera bergegas keluar dari masjid ketika sesi doa selesai. Hari ini aku sengaja tidak mengendarai motorku karena seperti biasa aku memutuskan untuk menumpang motor tetangga sebelah rumah. Di halaman masjid aku sempat celingak celinguk mencari tetanggaku itu, tapi rupanya ia masih berada di dalam masjid. Masih doa mungkin, demikian pikirku. Maka aku putuskan untuk berjalan pelan sambil nunggu dia. Namun beberapa menit setelah aku jalan lewatlah tetanggaku yang lain, namanya mas Bayu dan umurnya jauh dibawahku, ia pun memberi tumpangan kepadaku. Tanpa berfikir panjang aku langsung nemplok di jok belakang.

Jarak rumah ke masjid sebenarnya tidaklah terlalu jauh, namun di kampung ini mereka lebih sering beraktifitas menggunakan motor, maka akupun mengikuti kebiasaan yang mereka jalani. Pernah beberapa kali aku malas naik motor dan memutuskan jalan kaki, hal itu justru menjadi pertanyaan, padahal di Jakarta aku terbiasa jalan kaki kemanapun aku pergi. Maka bisa mengendarai motor menjadi keharusan disini, apalagi disini tidak tersedia banyak angkutan publik. Hal itu sempat menyulitkanku, apalagi aku tidak pernah menyiapkan diri untuk itu semua.

Tak perlu memakan waktu lama, aku pun segera sampai di sekretariat. 3 temanku masih ngobrol di ruang tamu dengan posisi sama seperti ketika aku tinggalkan tadi. Setelah memberi salam, aku segera masuk ke kamarku untuk berganti pakaian. Tak lama kemudian satu temanku minta ijin pulang karena ada urusan yang harus segera diselesaikan.

Akupun bergegas berkemas karena hari ini aku ada agenda pertemuan kelompok. Aku segera menyiapkan beberapa materi dam bahan-bahan untuk praktek. Setelah semua siap aku segera mengeluarkan motorku. Aku tak ingin terlambat, karena sebagai panutan aku harus memberi contoh yang baik kepada tim kerja dan kelompok dampinganku.

Aku baru sekitar 5 bulan tinggal di desa ini. Banyak hal yang sudah aku lalui baik suka maupun duka. Bulan-bulan awal tinggal disini memang terlalu banyak tantangan. Aku pun sempat berfikir untuk meminta kembali ke kantor di jakarta. Namun nyatanya aku bisa melalui masa-masa sulit itu. Saat ini aku sedang mulsi menikmati hidup dan tinggal di kampung ini.

Ada banyak alasan kenapa aku ingin tetap bertahan di kampung ini. Pertama aku merasa dibutuhkan. Disini ilmu dan keahlianku sangat bermanfaat. Aku sangat senang ketika bisa berbagi dengan orang lain. Disisi lain aku banyak mendapatkan pelajaran dari masyarakat desa ini. Semangat mereka membuatku semakin semangat pula.

Untuk itu memelihara semangat menjadi satu hal yang sangat penting untuk dapat mendapatkan hasil yang maksimal dan untuk bekal melangkah dalam kehidupan selanjutnta tentunya.