Senin, 03 November 2014

Bermain Layang-Layang

Siang itu matahari bersinar dengan teriknya. Bahkan sangat terik, sehingga membuat banyak orang malas untuk beraktifitas langsung dibawah sinarnya. Maklum ini adalah akhir bulan oktober, dimana sudah hampir 3 bulan lebih hujan tidak turun diwilayah ini.

Musim kemarau berkepanjangan sudah sangat terasa disini, dimana ditandai dengan air yang sudah sulit didapat, daun-daun banyak yang gugur imbasnya adalah para pertenak kambing atau sapi mulai kesulitan mencari rumput.

Panas matahari yang terik tidak menghalangi niat bocah-bocah itu bermain layangan. Dengan penuh gembira mereka berlari kian kemari mencoba menerbangkan layangannya. Agie, Candra, Raffi, Abdi dan Anggie, bocah-bocah itu dengan ceria berlomba menaikan layangan sesekali mereka bernyanyi, katanya untuk memanggil angin. Ah ada-ada ulah bocah-bocah ini.

Menyaksikan kebahagian mereka, dengan permainan yang sederhana membuat kegembiraan tersendiri. Mengingatkanku pada masa lalu tetntunya, masa dimana masih belum banyak menanggung beban. Sebuah masa yang tentu saja akan selalu dirindukan.

Jumat, 24 Oktober 2014

Aku Merindumu

Pada malam yang dingin ini ingin kusampaikan rasa rinduku padamu. Berharap hembusan angin menyampaikan rasa ini padamu. Pada dirimu yang senantiasa menemaniku mengisi setiap hari-hariku.

Pada malam yang dingin ini ingin kutumpahkan segala rasa tentangmu, tentang kita. Tanpamu disisiku, hidup ini terasa hampa. Tiada teman diskusi ataupun teman berbagi. Semua harus sendiri, seperti sedia kala.

Pada malam yang dingin ini, ingin kusampaikan segala harapanku, harapan untuk terus bersama. Harapan untuk dapat melalui hari-hari ini, hari tanpa dirimu di sampingku.

Jumat, 17 Oktober 2014

Kerja Bakti

Jam dinding sudah menunjukan ke angka 10, aku pun bergegas ke kamar mandi, sebelumnya tak lupa aku mematikan dan merapikan laptopku yang sudak kunyalakan dari pagi tadi. Hari ini aku berjanji untuk datang ke Beji, menemani ibu-ibu anggota kelompok mengisi polybag.

Air segar segera menyiram seluruh tubuhku. Rasa segar menjalar sampai ujung kaki. Air bak ini terasa dingin sekali rasanya. Ingin rasanya berlama-lama bermain dengan kesegaran air ini, tapi aku sadar tak punya waktu lama karena aku sudah berjanji akan datang jam 10, sementara sekarang sudah jam 10 lewat.

Aku segera menganti pakaianku, menyisir rapi rambutku dan sedikit mengoleskan handbody pada kedua lenganku. Tak lupa aku semprotkan sedikit minyak wangi agar sedikit wangi. Akupun segera mengeluarkan motorku dan kepacu menuju Beji.

Sesampai di rumah Ibu Dukuh Beji, ibu-ibu sudah berkumpul. Mereka sedang menikmati es dan aneka makanan yang mereka bawa sendiri-sendiri. Rupanya mereka telah mulai kerja bakti dari beberapa waktu lalu, terlihat dari tumpukan tanah yang sudah siap untuk dimasukan kedalam polybag.

Aku pun segera bergabung dengan mereka. Mencoba masuk dalam obrolan demi obrolan yang mereka keluarkan. Aku sangat menikmati suasana itu, menikmati sebuah momen kebersamaan sesama warga dusun. Aku coba hitung berapa yang sudah hadir dan ternyata belum lengkap. Maklum warga dusun ini punya banya kesibukan, maka seringkali ketika ada kerja bakti seperti ini tidak semua bisa hadir.

Setelah rasa lelah sedikit menghilang mereka pun kembali menuju tumpukan tanah yang tadi sudah dikumpulkan. Pertama-tama mereka menuang bubuk kapur, hal itu dilakukan agar bisa membunuh kuman-kuman dalam tanah. Tahap selanjutnya mereka menuang dua karung pupuk kandang dan terus diaduk dicampur dengan tanah. Setelah semua tercampur, tanahpun siap masuk kedalam polybag.

Aku turut larut dalam suasanya itu. Aneka obrolan terus dilontarkan sambil memasukan tanah ke dalam polybag. Bahkan mereka sempat membahas tentang bra, dimana orang-orang barat lebih sering tidak pakai bra, sementara mereka mengatakan risih kalau tidak pakai bra.

Aneka obrolan terus saja dilontarkan hingga tumpukan tanah itu telah berpindah kedalam polybag. Kami segera merapikan polybag yang sudah diisi tanah dan segera mencuci tangan dengan sabun.

Kami melanjutkan menikmati aneka makanan kecil sambil terus ngobrol. Tak lama bu dukuh mengeluarkan nasi dan urapan. Hari ini ia membuat among-among lagi untuk memperingati hari lahir dirinya dan anaknya. Alangkah beruntungnya diriku, pikirku. Kami pun segera bersantap siang bersama. Tak perlu waktu yang lama, makanan segera kosong dan berpindah ke dalam perut masing-masing.

Karena waktu sudah semakin siang dan tidak ada agenda lain lagi aku pun bergegas untuk pamit. Ingin segera mengeletakan badan akibat semalaman tidak bisa tidur. Demikian juga dengan ibu-ibu lainnya, mereka juga bergegas pulang untuk melanjutkan aktifitas lainnya di rumah masing-masing dengan harapan ketemu lagi di kerja bakti selanjutnya

***

Memelihara Semangat

Aku segera bergegas keluar dari masjid ketika sesi doa selesai. Hari ini aku sengaja tidak mengendarai motorku karena seperti biasa aku memutuskan untuk menumpang motor tetangga sebelah rumah. Di halaman masjid aku sempat celingak celinguk mencari tetanggaku itu, tapi rupanya ia masih berada di dalam masjid. Masih doa mungkin, demikian pikirku. Maka aku putuskan untuk berjalan pelan sambil nunggu dia. Namun beberapa menit setelah aku jalan lewatlah tetanggaku yang lain, namanya mas Bayu dan umurnya jauh dibawahku, ia pun memberi tumpangan kepadaku. Tanpa berfikir panjang aku langsung nemplok di jok belakang.

Jarak rumah ke masjid sebenarnya tidaklah terlalu jauh, namun di kampung ini mereka lebih sering beraktifitas menggunakan motor, maka akupun mengikuti kebiasaan yang mereka jalani. Pernah beberapa kali aku malas naik motor dan memutuskan jalan kaki, hal itu justru menjadi pertanyaan, padahal di Jakarta aku terbiasa jalan kaki kemanapun aku pergi. Maka bisa mengendarai motor menjadi keharusan disini, apalagi disini tidak tersedia banyak angkutan publik. Hal itu sempat menyulitkanku, apalagi aku tidak pernah menyiapkan diri untuk itu semua.

Tak perlu memakan waktu lama, aku pun segera sampai di sekretariat. 3 temanku masih ngobrol di ruang tamu dengan posisi sama seperti ketika aku tinggalkan tadi. Setelah memberi salam, aku segera masuk ke kamarku untuk berganti pakaian. Tak lama kemudian satu temanku minta ijin pulang karena ada urusan yang harus segera diselesaikan.

Akupun bergegas berkemas karena hari ini aku ada agenda pertemuan kelompok. Aku segera menyiapkan beberapa materi dam bahan-bahan untuk praktek. Setelah semua siap aku segera mengeluarkan motorku. Aku tak ingin terlambat, karena sebagai panutan aku harus memberi contoh yang baik kepada tim kerja dan kelompok dampinganku.

Aku baru sekitar 5 bulan tinggal di desa ini. Banyak hal yang sudah aku lalui baik suka maupun duka. Bulan-bulan awal tinggal disini memang terlalu banyak tantangan. Aku pun sempat berfikir untuk meminta kembali ke kantor di jakarta. Namun nyatanya aku bisa melalui masa-masa sulit itu. Saat ini aku sedang mulsi menikmati hidup dan tinggal di kampung ini.

Ada banyak alasan kenapa aku ingin tetap bertahan di kampung ini. Pertama aku merasa dibutuhkan. Disini ilmu dan keahlianku sangat bermanfaat. Aku sangat senang ketika bisa berbagi dengan orang lain. Disisi lain aku banyak mendapatkan pelajaran dari masyarakat desa ini. Semangat mereka membuatku semakin semangat pula.

Untuk itu memelihara semangat menjadi satu hal yang sangat penting untuk dapat mendapatkan hasil yang maksimal dan untuk bekal melangkah dalam kehidupan selanjutnta tentunya.

Kamis, 07 Agustus 2014

Berteman Dengan Sepi

Kembali berteman sepi...... mungkin itu satu hal yang bisa mengambarkan keadaanku saat ini paska lebaran. Setelah efuoria lebaran, berkumpul dengan sanak keluarga serta teman-teman, aku harus kembali berteman dengan sepi.

Aku mengatakan berteman dengan sepi, karena memang seperti itulah keadaannya. Paska lebaran tahun ini, memang beda dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana aku harus berburu tiket balik jakarta yang tentu saja tidak murah. Namun walau tidak murah, karena butuh ya terpaksa di beli. Tahun ini beda, aku tidak berburu tiket ini karena memang aku belum kembali ke jakarta, karena aku masih harus kembali kesini, ketempat aku 'menyepi' pada sebuah desa di perbatasan yogyakarta-magelang.

Desa ini memang sepi, itu kenapa aku mengatakan bahwa saat ini aku kembali berteman dengan sepi. Awalnya aku berharap bisa menikmati suasana ini, tapi ternyata hingga kini aku masih harus berkompromi dengan sepi ini. Mungkin karena aku sudah terlalu lama tinggal di jakarta, atau bisa jadi karena ada keterbatasan transportasi disini, namun bisa juga karena belum memiliki banyak teman. Ada banyak hal yang nenyebabkab kenapa setelah hampir tiga bulan disinipun aku tetap berusaha untuk berkompromi dengan sepi.

Selasa, 11 Februari 2014

Happy Birthday To Me

Selamat ulang tahun buat aku. Selamat bertambah umur, semoga selalu sehat dan bahagia. Amin..

Doa itulah yang aku panjatkan ketika hari ini tiba. Hari ulang tahunku. Hari aku dilahirkan di dunia ini.

Tidak banyak yang tahu kalau hari ini aku ulang tahun, bahkan teman-teman kantor. Demikian juga dengan teman-teman di dunia maya. Mereka tidak ada yang tahu bahwa hari ini aku ulang tahun.

Ucapan ulang tahun hanya diberikan oleh segelintir orang. Tidak lebih dari lima orang yang mengucapkan ulang tahun padaku. Tapi dari itu semua hanya satu yang benar-benar ingat hari ini adalah hari ulang tahunku. Dia yang selama ini menemaniku. Yang lainnya... entah aku tak tahu. Beberapa memang ingat karena ada kalender di media sosial yang mengingatkannya. Tapi yang lainnya lagi.. sama sekali tak tahu bahwa hari ini aku ulang tahun.

Dua hari yang lalu aku sengaja mengedit tanggal lahirku di media sosial. Aku edit yang awalnya open publik menjadi privat. Itu artinya hanya aku saja yang akan tahun bahwa hari ini adalah hari ulang tahunku. Aku tak ingin ada orang lain yang tahu.

Dan keiinginanku terkabul. Hanya ada satu orang yang mengucapkan selamat ulang tahun di facebook. Mungkin karena ia menyetel alarm di facebooknya. Sementara di twitter hanya ada dua orang, dan itu pun tidak aku respon. Aku sengaja melakukan itu, biar tidak ada yang tahu bahwa hari ini aku ulang tahun. Dan satu orang lagi mengucapkan selamat ulang tahun melalui whatsapp, itupun penuh dengan keragu-raguan. Jadi total yang mengucapkan ulang tahun kepadaku hari ini hanya 4 orang.

Maka tak ada salahnya, aku ingin membahagiakan diri, ingin mengucapkan selamat ulang tahun pada diriku.

SELAMAT ULANG TAHUN JOKO
SEMOGA PANJANG UMUR, SEHAT dan BAHAGIA SELALU YAAAAA

AMINNNN


Menjadi Tua

11 Februari 2014

Hari ini usia bertambah satu, secara otomatis waktu hidupku di dunia ini berkurang satu tahun lagi. Bukan usia yang muda lagi tentunya, karena usiaku sudah kepala tiga. Tapi aku juga tidak pernah mau menyebut diriku tua padahal usia sudah kepala tiga.

Kegelisahan atas usia itu sering kali datang dalam pikiran. Aku tidak pernah tahu berapa lama lagi aku akan hidup. Mungkin hari ini aku akan meninggal. Mungkin juga esok hari, atau lusa atau minggu depan, bulan depan, tahun depan, lima tahun lagi, sepuluh tahun lagi atau kapan. Tidak pernah ada yang tahu tentang usia manusia.

Kalau aku tahu besuk akan meninggal, aku tidak akan gelisah, setidaknya aku tidak perlu memikirkan masa depanku. Tetapi kalau waktu hidupku masih lama, bahkan masih puluhan tahun lagi, memikirkan masa depan menjadi penting. Bagaimana aku menghabiskan masa tua. Siapa yang akan menemaniku. Siapa yang akan merawatku. Kegelisahaan demi kegelisahan silih berganti datang dan pergi.

Di usiaku yang sekarang, banyak teman-teman yang sudah hidup mapan, mempunyai keluarga yang bahagia dan juga memiliki pekerjaan yang tetap. Sementara aku? Itu menjadi pertanyaan besar. Aku masih seperti 10 tahun yang lalu, masih seperti ketika pertama kali aku mulai bekerja.

Demikian juga jiwaku, walau sudah berkepala tiga aku merasa tidak mau dianggap tua. Aku merasa masih seperti dulu, ketika usiaku masih berkepala dua. Tapi aku sebenarnya tidak bisa mengingkari hati nurani. Mengingkari kondisi yang ada. Mengakui bahwa aku sudah tua.


Menjadi tua itu pasti, tetapi menjadi dewasa itu adalah pilihan. Semakin tua seharusnya semakin dewasa dan semakin bijak. Tapi dua hal itu menjadi sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan. Sangat sulit di capai. Entah aku yang tidak mau atau keadaan yang terus memaksaku untuk mengingkari kondisi ini. Entahlah....

Minggu, 12 Januari 2014

Hari Ke-13

Hari ini hari ke-13 tahun 2014, itu artinya tahun ini sudah berjalan 13 hari. Ah tak terasa waktu memang begitu cepat berlalu.

Lantas apakah hari ini spesial? Tentu saja tidak, hari ini seperti hari-hari sebelumnya, bakal dilalui dengan rutinitas seperti biasa. Tapi mungkin ada yang membedakan hari ini dengan hari sebelumnya. Pasti sih iya, karena tidak ada hari yang sama persis seperti hari kemarin.

Yang sedikit membedakan hari ini dengan hari kemarin adalah kondisi darurat banjir di kota ini, ibu kota negara. Hujan yang menguyur kota Jakarta sejak sabtu malam hingga pagi ini menyisakan banjir dimana-mana. Maka tak ayal lagi, kalau hari ini Jakarta dalam keadaan darurat banjir. Semoga kondisi ini akan segera membaik, karena persoalan banjir memang persoalan yang sudah biasa terjadi bukan? Sama halnya dengan macet. Banjir dan macet memang tidak bisa dipisahkan dari kota ini. Tapi pasti ada solusi untuk mengatasinya. Semoga saja pemimpin kita bisa mencari solusi untuk persoalan ini.

Lalu apa lagi yang membedakan hari ini dengan hari kemarin? Banyak sekali, yang jelas hari ini hari ke-13 di tahun 2014. Hari Senin dan besuk selasa kita kembali libur. Itu saja sih hahahah