Senin, 16 Februari 2015

Jangan Menolak Rejeki

Rejeki bisa datang kapan saja. Bisa melalui apa saja. Kita tak pernah mengetahui darimana iya akan datang. Tapi kadang kita juga tidak tahu kapan rejeki itu akan datang dan dalam bentuk apa. Maka, apapun itu yang datang anggap saja rejeki dan jangan pernah menolaknya. Kalau bisa sih....

Seperti apa yang aku alami hari ini. Sebenarnya memang tidak ada yang spesial. Pertemuan hari ini di kelompok Rahayu, Kempong dapat berjalan lancar. Walau dimulai agak telat karena sibuk ini dan itu dan akhirnya sedikit dikebut biar bisa selesai tepat waktu, dan akhirnya pertemuan pun dapat selesai tepat waktu. Tidak terlalu terlambat tentunya.

Selese pertemuanpun aku bergegas untuk pulang. Setelah menyalami semua yang hadir dan mengucapkan terima kasih aku juga ikut bergegas keluar dari ruangan. Takut ujan segera turun. Walau sebenarnya hari masih terang, tapi mengingat cuaca beberapa hari ini yang sedang tidak bersahabat akupun ingin lekas sampai di rumah.

Aku segera berpamitan kepada yang mpu rumah. Ibu Tumirah dan suaminya yang sedang berdiri di depan rumah menyalami tamu yang lainnya yang juga ingin pamit seperti aku. Tapi sampai pada giliranku mereka melarangku. Bahkan menanyaiku "mengapa cepet-cepet pulang?". Aku pun memberikan beberapa alasan. Tapi mereka masih menahanku dan menawarkan aku untuk makan terlebih dahulu.

Aku melihat keseriusan dalam diri kedua orang yang tentu sudah usia lanjut itu. Aku segera ingat pada dua orang tuaku yang juga sudah lanjut. Mereka akan sangat bahagia kalau ada tamunya yang bersedia untuk makan di rumahnya. Akupun menduga jangan-jangan mereka punya pikiran yang sama seperti orang tuaku. Maka dengan sedikit ragu akupun kembali masuk ke rumah untuk menerima tawaran makan di rumah itu.

Segera aku melahap apa yang disediakan oleh tuan rumah. Bukan karena lapar sebenarnya, tetapi biar bisa segera pulang ke rumah. Dalam hati aku berfikir tidak ada salahnya memang aku makan di rumah ini, rumah yang sangat sederhana. Bahkan sempet terfikir bisa jadi ini adalah kebanggaan dan kebahagiaan bagi mereka karena aku mau makan di rumahnya. Sementara aku sendiri tidak tahu kapan bisa mampir ke rumah itu lagi.

Segera setelah makan selesai, akupun segera bergegas untuk pamit dan pulang. Terima kasih ibu telah memberiku makan siang ini. Apapun yang kau berikan itu adalah rejeki bagiku. Jangan pernah menolak rejeki yang datang karena dia bisa dalam bentuk apapun.

Minggu, 15 Februari 2015

Semangat

Akhir-akhir ini ada satu kata yang sering aku sampaikan pada kelompok-kelompok yang aku dampingi, yaitu 'kemauan' atau 'semangat'. Dengan ada semangat semua rintangan yang dihadapi akan dengan mudah disingkirkan.

Kata ini sering aku lontarkan ketika kita bicara soal Usaha. Hal tersebut terjadi karena sebagian besar mengatakan hambatan utama yang dihadapi dalam memulai usaha adalah modal atau uang. Padahal sebenarnya hambatan utama adalah kemauan atau semangat. Kenapa bisa demikian? Ya..... karena di desa banyak sekali potensi yang bisa diolah. Potensi-potensi inilah yang bisa dijadikan modal usaha untuk diolah berdasarkan kreatifitas masing-masing.

Persoalan yang dihadapi adalah masyarakat tidak mau sedikit repot untuk mengolah potensi yang ada menjadi barang jadi. Mereka cenderung menjualnya dalam bentuk mentah yang tentu saja nilai jualnya sangat rendah bila dibandingkan dengan dijual dalam bentuk jadi.

Beberapa alasan yang diberikan kenapa mereka tidak mau mengolah menjadi barang jadi yaitu karena tidak punya ketrampilan. Selain itu juga mereka mengatakan tidak tahu kemana akan menjual barang jadi tersebut. Ada juga yang menyampaikan terlalu lama menunggu uangnya, lebih baik yang praktis dan cepet saja.

Sebenarnya alasan-alasan itu akan mudah dipatahkan kalau sudah bicara tentang semangat atau kemauan. Sekali lagi, jika sudah ada kemauan pasti segala rintangan atau halangan bisa disingkirkan.

Terkait dengan ketrampilan dan pemasaran, hal tersebut bisa dipelajari bukan? Kalau ada kemauan pasti juga akan ada usaha kemana mencari ilmu untuk bisa nengolah barang mentah menjadi barang jadi. Atau belum tentu juga selama ini mereka tidak punya ketrampilan. Jangan-jangan mereka sudah punya ketrampilan, hanya saja kurang mengasah dan menggunakannya. Demikian juga dengan pemasarannya, kalau produk yang dihasilnya sudah unik dan berkualitas tentu akan banyak dicari orang.

Maka satu kata yang harus terus dipelihara agar dapat mencapai apa yang diinginkan adalah kemauan dan semangat. Dua kata ini akan menyingkirkan segala rintangan yang ada. Semoga.

Menjadi Biasa

Sendiri menikmati hari, menikmati kesunyian dan kedamaian. Sepi dan sunyi, ada kedamaian disana.

Terkadang memang bosen juga dengan kesepian dan kesendirian. Tapi seiring berjalanya waktu, sendiri menjadi satu kebahagiaan. Menjadi satu hal yang biasa tentunya.

Awalnya memang berat merasakan kesendirian ini. Apalagi sudah selama beberapa tahun terakhir ada yang selalu menemani malam-malam sepi. Tapi waktu selalu dapat menemani, selalu memberi arti dalam setiap kesendirian.

Dalam kesendirian lebih menghargai kebersamaan. Menghargai saat-saat bersama.