Sabtu, 15 Desember 2012

Pasar Pagi STEKPI

Pasar pagi Stekpi ini adanya cuma di hari minggu saja. Pasar ini menyulap jalanan di spanjang depan kampus stekpi menjadi sebuah pasar. Walau adanya cuma minggu pagi tapi pasar ini telah menarik ribuan orang untuk datang. Berbagai macam barangpun tersedia dengan harga kaki lima. Tidak hanya barang-barang kebutuhans seperti baju, tas, sendal, sepatu tapi ada juga berbagai makanan yang tersedia yang dapat menjadi alternatif sarapan.

Satu hal yang membuat tidak nyaman di pasar ini adalah keberadaan para 'preman' atas nama ormas tertentu yang siap menarik bayaran dari siapapun yang membuka lapak. Dengan gayanya yang pongah dan bergerombol mereka meminta bayaran, sambil terus mengebulkan asap rokok bagai cerobong asap.

Lonceng Malam

Lonceng malam kembali berdentang. Memecah kesunyian yang abadi, membelah setiap urat nadi, memberi satu makna yang paling berarti.

Bersama malam aku menanti, sebuah kisah yang tetap abadi bersama dengan mimpi yang tak pernah pasti, dan esok aku akan tetap menanti.

Lonceng malam kembali berdentang, menandakan pagi telah datang, tapi mimpi belum usai, walau hari telah berganti.

Dan Hari Pun Telah Berganti

Malam telah larut, hari pun telah berganti. Kesunyian mewarnai setiap sudut kota, juga setiap sudut kamar. Kesunyian menjadi teman yang abadi, teman berbagi tanpa henti dalam setiap sesi. Lamunan terus tertatih, mencari suatu hati yang tak pasti, hingga kapan nanti.

Biarkan waktu yang telah berganti kita lalui, biarkan ia lari dan aku menanti. Pada sunyi yang abadi.

Kabar Bahagia Itu Tiba Juga

Kabar itu aku dapatkan dengan tidak sengaja melalui jejaring sosial yang saat ini digunakan oleh semua orang. Semua berawal dari keisengan untuk melihat daftar aktifitas dari kawan-kawan yang pernah dekat. Awalnya sih hanya ingin tahu bagaimana kabar mereka saat ini. Maklum sudah lama tidak berkirim kabar, padahal sebelumnya kita tinggal satu rumah.

Kesisengan itu sendiri aku lakukan untuk mengisi sore yang tak ada kegiatan. Aku buka satu demi satu nama-nama yang ada di jejaring sosial untuk tahu apa kegiatan mereka saat ini. Dan tibalah gilirannya pada sebuah akun dimana tiba-tiba di wall-nya tertulis ucapan selamat menempuh hidup baru dari seorang kawannya.

Tak butuh waktu lama, akupun segera mengirimkan ucapan selamat melalu whatssapp. "Selamay menempuh hidup baru ya pak, semoga kebahagiaan selalu menyertaimu. Amin" demikian tuliskan dan langsung kukirim kontaknya.

Aku tak berharap mendapatkan balasan darinya, karena memang kita sudah lama tidak pernah berkirim kabar. Aku ingat terakhir bertemu dengannya setahun yang lalu, dua hari setelah perayaan natal. Dia mengajaku mengunjungi rumah teman yang dulu kita pernah tinggal sama-sama. Waktu itu aku sempet menolaknya karena ingat bahwa kawan yang satu ini telah meluopakanku dalam pesta perkawinannya, dia tidak mengundangku untuk hadir. Tapi dengan segala upaya dia berhasil memaksaku untuk mengunjunginya dan aku akhirnya luluh.

Kekesalanku karena tak diundang dalam pesta perkawinan salah satu kawanku teryata terulang lagi, olehnya, oleh orang yang dulu sempat aku kasih tahu bahwa aku kecewa tidak dibagi kabar bahagia itu. Tapi teryata ia melakukan hal yang sama.

Setelah beberapa saat akhirnya ia juga menjawab pesanku di whatssapp. "Terima kasih jack" demikian tulisnya. Hanya itu cukup singkat dan tanpa basa-basi. Akupun putuskan tuk tidak membalasnya lagi.