Selasa, 11 Februari 2014

Happy Birthday To Me

Selamat ulang tahun buat aku. Selamat bertambah umur, semoga selalu sehat dan bahagia. Amin..

Doa itulah yang aku panjatkan ketika hari ini tiba. Hari ulang tahunku. Hari aku dilahirkan di dunia ini.

Tidak banyak yang tahu kalau hari ini aku ulang tahun, bahkan teman-teman kantor. Demikian juga dengan teman-teman di dunia maya. Mereka tidak ada yang tahu bahwa hari ini aku ulang tahun.

Ucapan ulang tahun hanya diberikan oleh segelintir orang. Tidak lebih dari lima orang yang mengucapkan ulang tahun padaku. Tapi dari itu semua hanya satu yang benar-benar ingat hari ini adalah hari ulang tahunku. Dia yang selama ini menemaniku. Yang lainnya... entah aku tak tahu. Beberapa memang ingat karena ada kalender di media sosial yang mengingatkannya. Tapi yang lainnya lagi.. sama sekali tak tahu bahwa hari ini aku ulang tahun.

Dua hari yang lalu aku sengaja mengedit tanggal lahirku di media sosial. Aku edit yang awalnya open publik menjadi privat. Itu artinya hanya aku saja yang akan tahun bahwa hari ini adalah hari ulang tahunku. Aku tak ingin ada orang lain yang tahu.

Dan keiinginanku terkabul. Hanya ada satu orang yang mengucapkan selamat ulang tahun di facebook. Mungkin karena ia menyetel alarm di facebooknya. Sementara di twitter hanya ada dua orang, dan itu pun tidak aku respon. Aku sengaja melakukan itu, biar tidak ada yang tahu bahwa hari ini aku ulang tahun. Dan satu orang lagi mengucapkan selamat ulang tahun melalui whatsapp, itupun penuh dengan keragu-raguan. Jadi total yang mengucapkan ulang tahun kepadaku hari ini hanya 4 orang.

Maka tak ada salahnya, aku ingin membahagiakan diri, ingin mengucapkan selamat ulang tahun pada diriku.

SELAMAT ULANG TAHUN JOKO
SEMOGA PANJANG UMUR, SEHAT dan BAHAGIA SELALU YAAAAA

AMINNNN


Menjadi Tua

11 Februari 2014

Hari ini usia bertambah satu, secara otomatis waktu hidupku di dunia ini berkurang satu tahun lagi. Bukan usia yang muda lagi tentunya, karena usiaku sudah kepala tiga. Tapi aku juga tidak pernah mau menyebut diriku tua padahal usia sudah kepala tiga.

Kegelisahan atas usia itu sering kali datang dalam pikiran. Aku tidak pernah tahu berapa lama lagi aku akan hidup. Mungkin hari ini aku akan meninggal. Mungkin juga esok hari, atau lusa atau minggu depan, bulan depan, tahun depan, lima tahun lagi, sepuluh tahun lagi atau kapan. Tidak pernah ada yang tahu tentang usia manusia.

Kalau aku tahu besuk akan meninggal, aku tidak akan gelisah, setidaknya aku tidak perlu memikirkan masa depanku. Tetapi kalau waktu hidupku masih lama, bahkan masih puluhan tahun lagi, memikirkan masa depan menjadi penting. Bagaimana aku menghabiskan masa tua. Siapa yang akan menemaniku. Siapa yang akan merawatku. Kegelisahaan demi kegelisahan silih berganti datang dan pergi.

Di usiaku yang sekarang, banyak teman-teman yang sudah hidup mapan, mempunyai keluarga yang bahagia dan juga memiliki pekerjaan yang tetap. Sementara aku? Itu menjadi pertanyaan besar. Aku masih seperti 10 tahun yang lalu, masih seperti ketika pertama kali aku mulai bekerja.

Demikian juga jiwaku, walau sudah berkepala tiga aku merasa tidak mau dianggap tua. Aku merasa masih seperti dulu, ketika usiaku masih berkepala dua. Tapi aku sebenarnya tidak bisa mengingkari hati nurani. Mengingkari kondisi yang ada. Mengakui bahwa aku sudah tua.


Menjadi tua itu pasti, tetapi menjadi dewasa itu adalah pilihan. Semakin tua seharusnya semakin dewasa dan semakin bijak. Tapi dua hal itu menjadi sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan. Sangat sulit di capai. Entah aku yang tidak mau atau keadaan yang terus memaksaku untuk mengingkari kondisi ini. Entahlah....