Selasa, 17 Mei 2011

Anak kecil ceramahi anggota DPR

Dibalik rapat yang monoton dan tak ada penonton,

Muncul tiba-tiba bocah yang tergesa-gesa laru berlari

Rapat pun terhenti sejenak ketika sang bocah naik ke podium yang tinggi,

satpam yang garang bak debt collector seakan ingin menghakimi tapi dihalang oleh pak marzukie,

pak marzukie mengijinkan ia beraspirasi agar ia sendiri bisa memperbaiki image di layar tivi,

tak lama pun sang bocah siap unjuk gigi diatas podium wakil negeri,

Kepada yang terhormat bapak ibu wakil kami di atas kursi duniawi,

Kepada yang terhormat bapak satpam yang ingin meghakimi karena takut tak diberi gaji,

saya disini hanya ingin beraspirasi dan mengungkapkan isi hati,

saya memang debu kotor dimata indah bapak berdasi,

saya juga memang anak pinggir kali yang tak pernah tamat sekolah sama sekali,

dan saya juga anak kemarin sore yang hidup dan terlahir di pelataran lokalisasi,

tapi ini kan negara demokrasi, saya berhak atas semua ini,

saya bosan dengan ketidakpastian semua ini,

oleh karena itu saya beranikan diri untuk omongkan apa yang mereka ingini,

saya hidup dan terlahir di masyarakat madani,

jadi saya tahu mereka ingin kalian perduli,

mereka cuman ingin itu, empati dan perduli,

empati dengan nasib kami,

perduli dengan semua ini,

Bapak ibu yang saya hormati , gaji kalian sudah tinggi, jadi giliran kami minta janji,

Kami minta janji kalian waktu kampanye di jalan besar negeri ini,

Kami rela mengusap keringat demi keringat agar namamu bisa terdengar seantero negeri,

Kami turun kejalan angkat bendera angkat tangan kami,

Itu semua hanya agar kalian bisa menepati ,

Kami muak dengan apa yang dilakukan wakil kami,

Bersimpatilah dengan kami, maka kami sambut dengan senyum indah bumi periwi,

Tapi jika kalian tetap pertahankan pola seperti ini,

Jangan salahkan kami kalau kelak kalian akan jadi gembel dinegeri ini,

Mampukah kalian jadi gembel saat ini ?

Kalau ruang kantor sempit saja kalian ngoceh sendiri,

Minta bangun gedung mewah dari uang kami,

Gedung tinggi yang murni hasil jiplakan dari eropa, dan kami mengetahui,

Kemana perancang hebat negeri,

Kemana nuansa ribuan budaya itu sendiri,

Disaat saya berbicara diatas ini semoga saja tidak ada yang bertamasya di dunia mimpi,

Atau malah buka situs tidak terpuji,

Sungguh memalukan bangsa ini dan menampar bumi pertiwi,

Mulai lah dari sekarang serius untuk mengurus negeri ini,

Jangan malah setiap komisi berlomba untuk keluar negeri,

Berapa trilyun uang kami habis dari melancong keluar negeri,

Uang pajak kami yang menjadi tabungan pribadi,

Mungkin bukan melancong tapi studi banding kata berita di tivi,

Memang studi banding tapi studi banding mencari barang antik di luar negeri,

Di saat masa reses mereka berlomba ke australi,

Tapi apa yang mereka dapat di australi,

Hanya mempermalukan diri sendiri,

Karena disana mereka dipermalukan mahasiswa sendiri,

Ditanya alamat email malah ngeles sendiri, padahal tidak tahu sama sekali,

Cukup membodohi diri sendiri dan mulai serius mengurus kami,

Kami punya harga diri , jika kami gagal memimpin , kami rela turun kursi,

Tapi apakah kalian punya harga diri ?

Saya pernah nonton dilayar metro tv,

Ketika wakil kami ricuh saat rapat di gedung mewah ini,

Kami sebagai bangsa saja malu melihat tingkah wakil kami,

Apakah kalian punya malu untuk ini.

Saya memang tidak mengenal siapa itu marzuki atau priyo budi,

Ternyata mereka sering eksis dilayar metro tv,

Dengan opini-opini penuh nuansa politik basi,

Kami hanya ingin janji itu ditepati,

Banyak anak negeri yang pintar dan mengetahui apa mau kami,

Mereka siap menggantikan kalian , kalau kalian hanya bisa umbar janji,

Semoga pesan ini bisa didengar presiden negeri ini,

dan bisa malu punya wakil seperti ini,

image dpr kami sudah jelek saat ini,

perbaikilah image itu dengan joged india seperti anggota polisi,

kalau memang kalian ingin malu lagi.

Sang bocah pun selesai mengungkapkan isi hati ,

Dan berlari pergi,

Membuat sang petinggi panas hati,

Dan berharap media tak tahu hal ini.

Karya : Haikal

Hanya kisah dibalik negara mimpi.

Semua kejadian dalam cerita ini adalah fiktif belaka, mohon maaf apabila ada kesamaan nama, tokoh, karakter ataupun peristiwa.

100 % fiksi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar